Sebagai kemunduran bagi mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Pengadilan Tinggi Lahore pada hari Rabu menguatkan penolakan dokumen pencalonannya untuk pemilihan umum yang dijadwalkan pada 8 Februari, Dawn News melaporkan.
Mahkamah Agung menguatkan keputusan Returning Officer (RO) dan Pengadilan Banding terhadap penerimaan surat nominasi mantan Perdana Menteri yang didiskualifikasi dari daerah pemilihan NA-122 dan NA-89.
Dilaporkan bahwa surat pencalonan Imran ditolak terutama karena keyakinannya dalam kasus Toshakhana, di mana ia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Gugatan yang diajukan Komisi Pemilihan Umum Pakistan itu menuduh Imran tidak menyebutkan rincian sumbangan pemerintah dalam laporan pajaknya.
Surat pencalonan Imran dari NA-122 juga ditolak dengan alasan pengusul bukan pemilih dari daerah pemilihan.
Pengadilan Banding juga menguatkan keputusan para petugas yang kembali tersebut dengan menyatakan bahwa hukuman dan hukuman adalah dua istilah yang berbeda, karena hukuman berhubungan dengan putusan atas hukuman dan hukuman berarti kekejaman yang mengikuti hukuman.
Sebelumnya, Pengadilan Tinggi Lahore (LHC) mencadangkan keputusan atas petisi tertulis yang diajukan oleh mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan terhadap penolakan Pengadilan Banding Pemilihan atas penolakan surat pencalonannya oleh Returning Officer (RO), The Express Tribune dilaporkan pada hari Selasa.
Dalam persidangan, pengacara Imran Khan menegaskan bahwa Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP) tidak mempunyai kewenangan untuk mendiskualifikasi siapa pun.
Kedua pengadilan mencatat bahwa hukuman berarti putusan bersalah yang dikeluarkan oleh pengadilan sehubungan dengan kenakalan yang dilakukan terdakwa, sedangkan putusan mengacu pada besarnya hukuman.
Imran kemudian mengajukan dua petisi ke LHC yang meminta Mahkamah Agung mengesampingkan keputusan kantor wilayah dan pengadilan banding yang menolak surat pencalonan pemohon dari dua daerah pemilihan Majelis Nasional.
Dalam sidang sebelumnya, advokat Uzair Bhandari berargumentasi atas nama Imran bahwa hukuman atas perbuatan tercela tidak termasuk dalam definisi diskualifikasi. Dawn News mengatakan hukuman yang dijatuhkan kepada pemohon tidak bisa disamakan dengan hukuman atas korupsi atau penimbunan aset ilegal.
Ia juga menunjukkan bahwa pengadilan India memasukkan kejahatan pelanggaran moral pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan kejahatan korupsi keuangan. Namun, hakim tersebut mencatat bahwa standar etika di Pakistan berbeda dengan wilayah lain.
Bhandari juga berpendapat bahwa Kantor Catatan Sipil tidak mempunyai yurisdiksi untuk mengeluarkan perintah yang melanggar hukum atas dasar hukuman atas pelanggaran moral. Sementara itu, kuasa hukum AKP mengatakan, keyakinan pemohon tetap sah dan belum dibebaskan oleh Mahkamah Agung.
Buka dunia yang penuh manfaat! Dari buletin bermanfaat hingga pelacakan inventaris waktu nyata, berita terhangat, dan umpan berita yang dipersonalisasi – semuanya ada di sini, hanya dengan satu klik! Masuk sekarang!
More Stories
Pemilu AS 2024: Donald Trump mengendarai truk sampah, kata untuk menghormati Kamala, Biden
Video Viral Manahil Malik: Siapa Bintang TikTok Pakistan dan Apa Kontroversinya? Dia menjelaskan
Mengapa Rusia meminta India dan negara ‘sahabat’ lainnya mengoperasikan penerbangan domestik?